11 Mei 2009

AGAMA DAN KEPEMIMPINAN

AGAMA DAN KEPEMIMPINAN PDF Print E-mail
Thursday, 07 May 2009 11:04

Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Artinya masyarakat yang baik akan tercipta dari kepemimpinan yang baik pula. Stephen R. Covey menyebutkan karakteristik seorang pemimpin yang didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut; seorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan, membawa energi yang positif, percaya pada orang lain, seimbang dalam kehidupannya, melihat kehidupan sebagai tantangan, berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan, serta senantiasa berlatih mengembangkan diri. Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya kemauan dan keinginan sepihak, kebanggaan dan penolakan dan ambisi pribadi.

Kepemimpinan Dalam Kristen
Kepemimpinan didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa Allah, oleh kehendak-Nya yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan menjadi pemimpin. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil untuk memangku tanggung jawab kepemimpinan. Kebenaran ini pada sisi lain, menegaskan bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya kapasitas teguh untuk memimpin, sehingga ia dapat membuktikan diri sebagai pemimpin sejati (Lihat: Kejadian 12:1-3; Keluaran 2-7; dan 18, Roma 12:8).

Seorang pemimpinan dalam pandangan Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai “pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar yaitu “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya (Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin. Kemudian, “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakukan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.

Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan dalam Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6). Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19). Kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21). Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata dan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.

Kepemimpinan Dalam Islam
Islam beranggapan bahwa kepemimpinan adalah satu hal yang mutlak dalam kehidupan. Di dalam kehidupan rumah tangga perlu kepala, sholat berjamaah perlu imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang muslim perlu pemimpin perjalanan. Di dalam Islam, pemimpin kadangkala disebut imam tapi juga khalifah. Artinya ia menjadi orang terdepan dalam memberi contoh sekaligus juga pemberi motivasi dan pendorong dari belakang barisan.

Hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah Tanggung Jawab, Bukan Keistimewaan. Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia harus mampu mempertanggungjawabkannya kepada manusia dan Allah Swt. Karena kepemimpinan itu tanggung jawab atau amanah yang tidak boleh disalahgunakan, maka pertanggungjawaban menjadi suatu kepastian, Rasulullah Saw bersabda: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme. Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im).

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan.

Implementasi
Indonesia adalah negara yang berdasarkan kepada keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sejatinya mengimplementasikan ajaran agama dalam setiap sendi kehidupan berbangsa. Dari dua agama yang diakui konstitusi, kita mendapatkan nilai-nilai dasar kepemimpinan, jika hal tersebut dapat dimanifestasikan dengan sempurna akan menghasilkan integritas warga negara dengan para pemimpinnya. Semoga norma agama dalam seni menggerakkan rakyat dan mempersatukannya dalam bingkai kesejahteraan bersama.

Tidak ada komentar: